Situs astronomi Space.COM beberapa waktu lalu memberitakan bahwa bulan sedang bergerak pada posisi terdekat dengan bumi. Posisi terdekat akan dicapai pada tanggal 19 Maret 2011 nanti, membawa bulan hanya pada jarak 221.567 mil, terdekat selama 18 tahun terakhir. Ketika Bulan sedang ada pada posisi terdekatnya, maka fenomena ini sering disebut "supermoon".
Para ahli mengatakan, akibat dari "supermoon" adalah meningkatnya gelombang pasang air laut beserta meningkatnya aktivitas seismik di Bumi yang bisa berakibat pada meningkatnya potensi gempa bumi dan erupsi gunung berapi. Pada saat yang hampir bersamaan atau 8 hari sebelum puncak kedekatan Bumi dengan Bulan (perigee), Jepang diguncang oleh gempa berkekuatan 8,9 skala magnitude dan menyebabkan tsunami yang hingga kini menewaskan 1000 korban jiwa.
Sebagaimana diketahui, gempa diakibatkan oleh aktivitas tektonik Bumi. Berangkat dari kebetulan tersebut, beberapa pihak berspekulasi bahwa gempa di Jepang disebabkan oleh Bulan yang hendak menuju titik terdekatnya dengan Bumi.
Blogger Mark Paquette misalnya, memulai spekulasinya dengan mengatakan bahwa beberapa peristiwa gempa dahsyat memang terkait dengan kedekatan Bumi-Bulan. Ia mencontohkan gempa yang mengakibatkan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. Gempa tersebut terjadi 14 hari sebelum perigee Bumi-Bulan yang terjadi pada 10 Januari 2005.
Ia menuliskan, "Jadi, apa yang bisa kita lihat sekarang? Gempa bumi? Erupsi gunung berapi? Sepertinya kita cuma bisa menunggu dan melihat nanti." Komentar tersebut memang menakutkan. Bagaimana tidak, belum terjadi perigee saja bisa berakibat pada gempa terdahsyat sepanjang sejarah Jepang sejak 1891.
Menanggapi spekulasi itu, meteorolog senior di AccuWeather Paul Walker mengatakan, spekulasi bahwa gempa Jepang disebabkan oleh perigee Bumi-Bulan sepertinya tidak benar. "Saya kira Anda tidak bisa menghubungkannya dengan 'supermoon' yang masih 8 hari lagi terjadi. 'Supermoon' memang bisa berakibat pada gelombang pasang yang luar biasa, tapi tidak bisa begitu saja dikaitkan dengan peristiwa alam yang ekstrim semacam ini," jelasnya seperti dikutip MSNBC.
Astronom NASA David William juga mengatakan bahwa "supermoon" bukan penyebab gempa. "Supermoon itu hanya bulan yang besar dan sangat bercahaya. Tak ada yang spesial dengan itu," paparnya.
John Vidale, seismolog University of Washington dan direktur Pasific Northwest Seismic Network serta Wiliam Wilcock yang juga dari University of Washington pun mengatakan hal serupa. Mantan ilmuwan NASA Phil Plait mengatakan dengan tegas, "Apapun yang orang katakan, yang jelas tak ada kemungkinan gempa ini disebabkan oleh Bulan."
Perigee memang bisa menyebabkan peningkatan aktivitas tektonik, namun ia mengatakan bahwa hingga saat ini Bulan belum berada pada titik terdekat itu. Pergerakan Bulan bisa membawanya menuju titik terdekat dan terjauh dengan Bumi. Titik terdekat disebut perigee sedangkan titik terjauh disebut apogee.
Saat perigee, efek gravitasi Bulan terhadap Bumi meningkat. Efek yang paling bisa dilihat adalah gelombang pasang, sebab air adalah salah satu elemen bumi yang paling mudah dipengaruhi gravitasi.
kompas.com
Para ahli mengatakan, akibat dari "supermoon" adalah meningkatnya gelombang pasang air laut beserta meningkatnya aktivitas seismik di Bumi yang bisa berakibat pada meningkatnya potensi gempa bumi dan erupsi gunung berapi. Pada saat yang hampir bersamaan atau 8 hari sebelum puncak kedekatan Bumi dengan Bulan (perigee), Jepang diguncang oleh gempa berkekuatan 8,9 skala magnitude dan menyebabkan tsunami yang hingga kini menewaskan 1000 korban jiwa.
Sebagaimana diketahui, gempa diakibatkan oleh aktivitas tektonik Bumi. Berangkat dari kebetulan tersebut, beberapa pihak berspekulasi bahwa gempa di Jepang disebabkan oleh Bulan yang hendak menuju titik terdekatnya dengan Bumi.
Blogger Mark Paquette misalnya, memulai spekulasinya dengan mengatakan bahwa beberapa peristiwa gempa dahsyat memang terkait dengan kedekatan Bumi-Bulan. Ia mencontohkan gempa yang mengakibatkan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. Gempa tersebut terjadi 14 hari sebelum perigee Bumi-Bulan yang terjadi pada 10 Januari 2005.
Ia menuliskan, "Jadi, apa yang bisa kita lihat sekarang? Gempa bumi? Erupsi gunung berapi? Sepertinya kita cuma bisa menunggu dan melihat nanti." Komentar tersebut memang menakutkan. Bagaimana tidak, belum terjadi perigee saja bisa berakibat pada gempa terdahsyat sepanjang sejarah Jepang sejak 1891.
Menanggapi spekulasi itu, meteorolog senior di AccuWeather Paul Walker mengatakan, spekulasi bahwa gempa Jepang disebabkan oleh perigee Bumi-Bulan sepertinya tidak benar. "Saya kira Anda tidak bisa menghubungkannya dengan 'supermoon' yang masih 8 hari lagi terjadi. 'Supermoon' memang bisa berakibat pada gelombang pasang yang luar biasa, tapi tidak bisa begitu saja dikaitkan dengan peristiwa alam yang ekstrim semacam ini," jelasnya seperti dikutip MSNBC.
Astronom NASA David William juga mengatakan bahwa "supermoon" bukan penyebab gempa. "Supermoon itu hanya bulan yang besar dan sangat bercahaya. Tak ada yang spesial dengan itu," paparnya.
John Vidale, seismolog University of Washington dan direktur Pasific Northwest Seismic Network serta Wiliam Wilcock yang juga dari University of Washington pun mengatakan hal serupa. Mantan ilmuwan NASA Phil Plait mengatakan dengan tegas, "Apapun yang orang katakan, yang jelas tak ada kemungkinan gempa ini disebabkan oleh Bulan."
Perigee memang bisa menyebabkan peningkatan aktivitas tektonik, namun ia mengatakan bahwa hingga saat ini Bulan belum berada pada titik terdekat itu. Pergerakan Bulan bisa membawanya menuju titik terdekat dan terjauh dengan Bumi. Titik terdekat disebut perigee sedangkan titik terjauh disebut apogee.
Saat perigee, efek gravitasi Bulan terhadap Bumi meningkat. Efek yang paling bisa dilihat adalah gelombang pasang, sebab air adalah salah satu elemen bumi yang paling mudah dipengaruhi gravitasi.
kompas.com
0 komentar:
Post a Comment