Quick Info - Tak selamanya dua kepala selalu lebih baik dari satu kepala, setidaknya dalam hal belajar dan mengingat. Studi terbaru mengungkapkan, belajar kelompok tak efektif.
Studi memori psikolog Supama Rajaram di Stony Brook University menemukan, pelajar mengingat lebih sedikit fakta ketika belajar kelompok dibandingkan saat belajar sendiri. Secara keseluruhan, kelompok belajar bisa mengingat lebih banyak hal.
Namun tiap anggota kelompok tak mampu memaksimalkan potensi memori mereka. Alhasil, mereka tak bisa mengingat fakta yang telah mereka ingat.
Meski begitu, Rajaram menekankan, memori orang lain bisa memperkaya ingatan anggota kelompok lainnya.
Misalnya, saat ada anggota yang tiba-tiba mengingat fakta yang terjadi jauh di masa lalu saat mendengar orang lain bercerita. Sebelumnya, psikolog tak terlalu memperhatikan aspek sosial memori.
Kebanyakan studi berfokus pada kemampuan mengingat individu dan mencari tahu penyebab orang sulit atau mudah mengingat.
“Jika kelompok kecil bisa membentuk ulang memori, perspektif atau sudut pandang tertentu akan muncul,” ungkapnya.
Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai model untuk mengetahui identitas dan sejarah kolektivitas. Anggota kelompok belajar bisa mengganggu ingatan anggota lain dengan mempengaruhi kebiasaan belajar satu sama lain.
Tiap orang tentunya memiliki metode menggali ingatan tersendiri. Akibatnya, belajar dengan orang lain bisa mengganggu kebiasaan itu. Selain itu, faktor ‘penularan sosial’ bisa membuat anggota kelompok mengingat sesuatu yang sebenarnya tidak tepat.
Kesalahan informasi ini akan terpatri di benak anggota lain sebagai sesuatu hal benar.
Hasil studi ini diterbitkan dalam jurnal Current Directions in Psychological Science.
http://teknologi.inilah.com
Studi memori psikolog Supama Rajaram di Stony Brook University menemukan, pelajar mengingat lebih sedikit fakta ketika belajar kelompok dibandingkan saat belajar sendiri. Secara keseluruhan, kelompok belajar bisa mengingat lebih banyak hal.
Namun tiap anggota kelompok tak mampu memaksimalkan potensi memori mereka. Alhasil, mereka tak bisa mengingat fakta yang telah mereka ingat.
Meski begitu, Rajaram menekankan, memori orang lain bisa memperkaya ingatan anggota kelompok lainnya.
Misalnya, saat ada anggota yang tiba-tiba mengingat fakta yang terjadi jauh di masa lalu saat mendengar orang lain bercerita. Sebelumnya, psikolog tak terlalu memperhatikan aspek sosial memori.
Kebanyakan studi berfokus pada kemampuan mengingat individu dan mencari tahu penyebab orang sulit atau mudah mengingat.
“Jika kelompok kecil bisa membentuk ulang memori, perspektif atau sudut pandang tertentu akan muncul,” ungkapnya.
Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai model untuk mengetahui identitas dan sejarah kolektivitas. Anggota kelompok belajar bisa mengganggu ingatan anggota lain dengan mempengaruhi kebiasaan belajar satu sama lain.
Tiap orang tentunya memiliki metode menggali ingatan tersendiri. Akibatnya, belajar dengan orang lain bisa mengganggu kebiasaan itu. Selain itu, faktor ‘penularan sosial’ bisa membuat anggota kelompok mengingat sesuatu yang sebenarnya tidak tepat.
Kesalahan informasi ini akan terpatri di benak anggota lain sebagai sesuatu hal benar.
Hasil studi ini diterbitkan dalam jurnal Current Directions in Psychological Science.
http://teknologi.inilah.com
0 komentar:
Post a Comment