Para ilmuwan di Royal Research Ship James Cook telah menemukan beberapa lubang udara gunung berapi bawah laut di Laut Selatan.
Hasil ini adalah temuan ke empat yang dibuat oleh tim peneliti dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Temuan ini pula menandakan kalau lubang udara di lautan dalam mungkin lebih umum ada dari dugaan semula. Demikian seperti yang dikutip dari Eureka Alert, Senin (21/2/2011).
Dengan menggunakan sistem kamera bawah air, para peneliti melihat karang menyerupai pipa setinggi tiga meter yang mengeluarkan akan air panas di pucuknya. Lalu lubang udara bawah air dengan kedalaman 520 meter juga ditemukan di perairan Kepulauan Sandwich Selatan, sekumpulan kepulauan terpencil yang berjarak sekira 500 km dari tenggara Georgia Selatan.
"Ketika kami pertama kali menemuka lubang udara tersebut, rasa senangnya sangat luar biasa," ujar Leigh Marsh, seorang mahasiswa dari University of Southampton, yang menjadi pengamat untuk penelitian tersebut.
Lubang udara bawah laut berada di dasar laut, tempat di mana air dengan kandungan kaya mineral dan koloni mikroba. Dalam waktu tiga dekade terakhir, para ilmuwan pertama kali menemukan lubang udara bawah air di perairan Pasifik. Sampai saat ini sudah sekira 250 lubang udara bawah air yang ditemukan di seluruh dunia.
"Kini kami semakin sering menemukan lubang udara bawah laut dari yang sebelumnya," ujar Profesor Paul Tyler, pimpinan ekspedisi dari School of Ocean and Earth Science, University of Southampton
Dengan mempelajari lubang-lubang udara bawah air, tim tersebut berharap dapat mengerti lebih mengenai distribusi dan evolusi dari kehidupan di lautan dalam.
Para peneliti tersebut kini sedang meneliti 'Adventura Caldera', sebuah lubang menyerupai kawah yang berada di dasar laut dengan kedalaman sekira 750 meter. Situs ini ditemukan oleh para ahli geofisika dari British Antartic Survey tahun lalu.
Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut merupakan bagian dari proyek yang didanai oleh Natural Enviroment Research Council (NERC), yang melibatkan peneliti dari National Oceanography Centre di Southampton, British Antarctic Survey di Cambridge, Univertas di Southampton, Newcastle, Oxford, Bristol, Leeds dan Woods Hole Oceanographic Instution di AS.
Tim tersebut juga secara reguler memposting perkembangan serta menjawab pertanyaan dari murid sekolah akan ekspedisi mereka melalui situs www.thesearethevoyages.net.
okezone.com
Hasil ini adalah temuan ke empat yang dibuat oleh tim peneliti dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Temuan ini pula menandakan kalau lubang udara di lautan dalam mungkin lebih umum ada dari dugaan semula. Demikian seperti yang dikutip dari Eureka Alert, Senin (21/2/2011).
Dengan menggunakan sistem kamera bawah air, para peneliti melihat karang menyerupai pipa setinggi tiga meter yang mengeluarkan akan air panas di pucuknya. Lalu lubang udara bawah air dengan kedalaman 520 meter juga ditemukan di perairan Kepulauan Sandwich Selatan, sekumpulan kepulauan terpencil yang berjarak sekira 500 km dari tenggara Georgia Selatan.
"Ketika kami pertama kali menemuka lubang udara tersebut, rasa senangnya sangat luar biasa," ujar Leigh Marsh, seorang mahasiswa dari University of Southampton, yang menjadi pengamat untuk penelitian tersebut.
Lubang udara bawah laut berada di dasar laut, tempat di mana air dengan kandungan kaya mineral dan koloni mikroba. Dalam waktu tiga dekade terakhir, para ilmuwan pertama kali menemukan lubang udara bawah air di perairan Pasifik. Sampai saat ini sudah sekira 250 lubang udara bawah air yang ditemukan di seluruh dunia.
"Kini kami semakin sering menemukan lubang udara bawah laut dari yang sebelumnya," ujar Profesor Paul Tyler, pimpinan ekspedisi dari School of Ocean and Earth Science, University of Southampton
Dengan mempelajari lubang-lubang udara bawah air, tim tersebut berharap dapat mengerti lebih mengenai distribusi dan evolusi dari kehidupan di lautan dalam.
Para peneliti tersebut kini sedang meneliti 'Adventura Caldera', sebuah lubang menyerupai kawah yang berada di dasar laut dengan kedalaman sekira 750 meter. Situs ini ditemukan oleh para ahli geofisika dari British Antartic Survey tahun lalu.
Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut merupakan bagian dari proyek yang didanai oleh Natural Enviroment Research Council (NERC), yang melibatkan peneliti dari National Oceanography Centre di Southampton, British Antarctic Survey di Cambridge, Univertas di Southampton, Newcastle, Oxford, Bristol, Leeds dan Woods Hole Oceanographic Instution di AS.
Tim tersebut juga secara reguler memposting perkembangan serta menjawab pertanyaan dari murid sekolah akan ekspedisi mereka melalui situs www.thesearethevoyages.net.
okezone.com
0 komentar:
Post a Comment