Kekerasan di Libya bagian timur kian meruyak. Pemimpin Libya, Muammar Qadhafi, mengerahkan tentara. Mereka menembaki demonstran yang tengah memakamkan pendemo anti pemerintah di Kota Benghaji kemarin. Seorang dokter menyebutkan 200 orang tewas dalam tiga hari terakhir.
Imbas dari revolusi di Tunisia dan Mesir tak hanya merembet ke Libya, tapi juga Yaman, Maroko, Oman, Kuwait, Aljazair, dan Djibouti saat rakyat turun ke jalan menuntut perubahan politik dan ekonomi. Seribuan demonstran anti-Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh berdemo di Universitas Sanaa. Adapun pemerintah Arab Saudi kemarin menahan sejumlah aktivis yang mencoba mendirikan partai politik.
Di Libya, Human Rights Watch, yang berbasis di New York, kemarin mengatakan tentara menembak sedikitnya 104 orang, berdasarkan wawancara saksi dan pejabat rumah sakit. "Namun pemerintah Libya tidak merilis apa pun jumlah korban maupun membuat pernyataan resmi."
Duta Besar Republik Indonesia untuk Libya, Sanusi, mengatakan 900 warga negara Indonesia di Libya selamat. "Tiga orang pekerja konstruksi di Benghaji pekan lalu telah dievakuasi ke Tripoli," kata Sanusi kepada Tempo kemarin.
Sanusi menjelaskan, sejauh ini Ibu Kota Tripoli, tempat tinggal mayoritas warga negara Indonesia, aman karena berjarak sekitar 1.000 kilometer dari Kota Benghaji, yang rusuh. Toko-toko, lalu lintas, dan aktivitas penduduk berjalan normal. "Sejauh ini tidak ada imbas kerusuhan Benghaji sampai ke Tripoli," paparnya. Para WNI telah diberi tahu bahwa beberapa penampungan, termasuk kedutaan, mengantisipasi situasi yang tak diinginkan.
Situasi di timur Libya memang simpang-siur. Pasalnya, pemerintah membatasi akses media dan memblokir komunikasi, termasuk Internet. Namun para pemrotes tampaknya telah mengambil alih banyak area di Benghaji dan pasukan keamanan mundur dari pusat kota, lokasi para penembak jitu.
Qadhafi secara tradisional kurang didukung di bagian timur daripada di seluruh negeri, di mana ia dihargai warganya meskipun kurang demokratis. Kekayaan minyak Libya memungkinkan dia menabur kemurahan hati buat mengatasi problem sosial.
Di Tripoli, menurut Reuters, ribuan pendukung Qadhafi berunjuk rasa di Lapangan Hijau dari Sabtu hingga kemarin pagi. Mereka berteriak, "Tuhan, Libya, dan Muammar!" dan "Muammar adalah pelopor nasionalisme Arab!" Kantor berita pemerintah menyatakan beberapa kota dilanda aksi pembakaran dan vandalisme serta menuding "suatu jaringan asing yang terlatih telah menciptakan kekacauan".
Yang pasti pemberangusan mendorong 50 pemimpin muslim Libya merilis seruan, "Kami meminta setiap muslim, dalam rezim atau pembantunya dalam berbagai cara, mengakui bahwa pembunuhan atas umat yang tak bersalah dilarang oleh Sang Pencipta dan Rasul-Nya. Jangan bunuh saudara Anda. Stop pembantaian sekarang!" tempointeraktif.com
Imbas dari revolusi di Tunisia dan Mesir tak hanya merembet ke Libya, tapi juga Yaman, Maroko, Oman, Kuwait, Aljazair, dan Djibouti saat rakyat turun ke jalan menuntut perubahan politik dan ekonomi. Seribuan demonstran anti-Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh berdemo di Universitas Sanaa. Adapun pemerintah Arab Saudi kemarin menahan sejumlah aktivis yang mencoba mendirikan partai politik.
Di Libya, Human Rights Watch, yang berbasis di New York, kemarin mengatakan tentara menembak sedikitnya 104 orang, berdasarkan wawancara saksi dan pejabat rumah sakit. "Namun pemerintah Libya tidak merilis apa pun jumlah korban maupun membuat pernyataan resmi."
Duta Besar Republik Indonesia untuk Libya, Sanusi, mengatakan 900 warga negara Indonesia di Libya selamat. "Tiga orang pekerja konstruksi di Benghaji pekan lalu telah dievakuasi ke Tripoli," kata Sanusi kepada Tempo kemarin.
Sanusi menjelaskan, sejauh ini Ibu Kota Tripoli, tempat tinggal mayoritas warga negara Indonesia, aman karena berjarak sekitar 1.000 kilometer dari Kota Benghaji, yang rusuh. Toko-toko, lalu lintas, dan aktivitas penduduk berjalan normal. "Sejauh ini tidak ada imbas kerusuhan Benghaji sampai ke Tripoli," paparnya. Para WNI telah diberi tahu bahwa beberapa penampungan, termasuk kedutaan, mengantisipasi situasi yang tak diinginkan.
Situasi di timur Libya memang simpang-siur. Pasalnya, pemerintah membatasi akses media dan memblokir komunikasi, termasuk Internet. Namun para pemrotes tampaknya telah mengambil alih banyak area di Benghaji dan pasukan keamanan mundur dari pusat kota, lokasi para penembak jitu.
Qadhafi secara tradisional kurang didukung di bagian timur daripada di seluruh negeri, di mana ia dihargai warganya meskipun kurang demokratis. Kekayaan minyak Libya memungkinkan dia menabur kemurahan hati buat mengatasi problem sosial.
Di Tripoli, menurut Reuters, ribuan pendukung Qadhafi berunjuk rasa di Lapangan Hijau dari Sabtu hingga kemarin pagi. Mereka berteriak, "Tuhan, Libya, dan Muammar!" dan "Muammar adalah pelopor nasionalisme Arab!" Kantor berita pemerintah menyatakan beberapa kota dilanda aksi pembakaran dan vandalisme serta menuding "suatu jaringan asing yang terlatih telah menciptakan kekacauan".
Yang pasti pemberangusan mendorong 50 pemimpin muslim Libya merilis seruan, "Kami meminta setiap muslim, dalam rezim atau pembantunya dalam berbagai cara, mengakui bahwa pembunuhan atas umat yang tak bersalah dilarang oleh Sang Pencipta dan Rasul-Nya. Jangan bunuh saudara Anda. Stop pembantaian sekarang!" tempointeraktif.com
0 komentar:
Post a Comment