Quick Info - SEMARANG- Seorang pria di Semarang, Jawa Tengah, tega mencabuli santri putri. Mengaku "wali" yang bisa menyebuhkan segala penyakit, dia merenggut kegadisan tiga santri putri.
R, sang pelaku, datang ke Pondok Pesantren Rahmatan Al Amin di Mijen dan mengaku dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Bukannya penyakit yang disembuhkan, R justru berbuat tak senonoh terhadap tiga santri putri.
Tiga santri putri yang menjadi korban kebinalan R adalah HNI (23), warga Kaligetas, Mijen; NF (17), warga Kudus; dan IQ (25), warga Ungaran.
Mereka mengaku tak mampu menolak persetubuhan itu lantaran ditakut-takuti pelaku yang mengaku sebagai "wali" yang segala ucapannya bisa terjadi.
Pengasuh Pondok Pesantren Rahmatan Al-Amin Muhammad Nasyir Muhyi menjelaskan, terungkapnya kasus ini berawal dari laporan keluarga. Pelaku melakukan pencabulan dengan modus pengobatan alternatif.
Bersama para santrinya, Nasyir kemudian menyusun strategi untuk menjebak pelaku. Setelah datang, pelaku diinterogasi oleh beberapa tokoh masyarakat terkait dugaan pelecehan seksual yang dilakukannya.
“Dia sempat mengelak, namun setelah dicecar dengan berbagai pertanyaan akhirnya dia ngaku,” papar Nasyir.
Ditegaskan Nasyir, pelaku bukan seorang kiai apalagi wali. Dia hanya orang yang mengaku sakti yang datang ke Semarang. Kesaktian palsunya itu digunakan menipu masyarakat dengan dalih bisa mengobati segala macam penyakit, bisa mengubah kertas menjadi uang, mendatangkan uang dari langit dan lainnya.
“Dia mencari pasien jemaah-jemaah pengajian calon korbannya para gadis,” tambahnya.
Setelah mendapat calon korbannya, pelaku menyambangi rumah korbannya. Diduga saat itulah dia memaksa korban bersetubuh.
Saat ditemui di RSUD Tugu Semarang, R masih terkulai dengan selang infus. Pelaku mengaku masih trauma dengan bogem mentah warga. “Saya masih takut, masih trauma setelah dipukuli. Saya pusing sekali,” ujarnya.
Pelaku sempat berbelit-belit memberi keterangan dan terkesan tidak jujur. Pasalnya, saat ditanya soal luka bekas pukulan, dia menjawab bekas jatuh dari sepeda motor, padahal di sana banyak saksi dari santri yang turut mengawal dan menjaga agar tidak melarikan diri.
Sementara Pihak Polsek Mijen hingga saat ini belum menerima laporan resmi dari para santri yang menjadi korban aksi R.
R, sang pelaku, datang ke Pondok Pesantren Rahmatan Al Amin di Mijen dan mengaku dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Bukannya penyakit yang disembuhkan, R justru berbuat tak senonoh terhadap tiga santri putri.
Tiga santri putri yang menjadi korban kebinalan R adalah HNI (23), warga Kaligetas, Mijen; NF (17), warga Kudus; dan IQ (25), warga Ungaran.
Mereka mengaku tak mampu menolak persetubuhan itu lantaran ditakut-takuti pelaku yang mengaku sebagai "wali" yang segala ucapannya bisa terjadi.
Pengasuh Pondok Pesantren Rahmatan Al-Amin Muhammad Nasyir Muhyi menjelaskan, terungkapnya kasus ini berawal dari laporan keluarga. Pelaku melakukan pencabulan dengan modus pengobatan alternatif.
Bersama para santrinya, Nasyir kemudian menyusun strategi untuk menjebak pelaku. Setelah datang, pelaku diinterogasi oleh beberapa tokoh masyarakat terkait dugaan pelecehan seksual yang dilakukannya.
“Dia sempat mengelak, namun setelah dicecar dengan berbagai pertanyaan akhirnya dia ngaku,” papar Nasyir.
Ditegaskan Nasyir, pelaku bukan seorang kiai apalagi wali. Dia hanya orang yang mengaku sakti yang datang ke Semarang. Kesaktian palsunya itu digunakan menipu masyarakat dengan dalih bisa mengobati segala macam penyakit, bisa mengubah kertas menjadi uang, mendatangkan uang dari langit dan lainnya.
“Dia mencari pasien jemaah-jemaah pengajian calon korbannya para gadis,” tambahnya.
Setelah mendapat calon korbannya, pelaku menyambangi rumah korbannya. Diduga saat itulah dia memaksa korban bersetubuh.
Saat ditemui di RSUD Tugu Semarang, R masih terkulai dengan selang infus. Pelaku mengaku masih trauma dengan bogem mentah warga. “Saya masih takut, masih trauma setelah dipukuli. Saya pusing sekali,” ujarnya.
Pelaku sempat berbelit-belit memberi keterangan dan terkesan tidak jujur. Pasalnya, saat ditanya soal luka bekas pukulan, dia menjawab bekas jatuh dari sepeda motor, padahal di sana banyak saksi dari santri yang turut mengawal dan menjaga agar tidak melarikan diri.
Sementara Pihak Polsek Mijen hingga saat ini belum menerima laporan resmi dari para santri yang menjadi korban aksi R.
0 komentar:
Post a Comment