Saat ini sedang ramai dibicarakan tentang penemuan Lafadz Allah pada peristiwa Tsunami di Jepang kemaren melalui Video Streaming yang disiarkan oleh Televisi NHK – Jepang. Berikut gambarnya yang diambil dari tayang Video Streaming tersebut.
dan ini adalah Foto diatas yang telah diperjelas atau di beri garis bantu oleh penemu Lafadz tersebut.
Garis tersebut membentuk huruf arab yang bila dibaca akan menjadi “Bismillah”, yang artinya “Dengan menyebut ashma Allah”
Perlu dijelaskan disini Lafadz Allah itu terbentuk dengan sendirinya dimana mobil-mobil yang akan di export melalui Kapal Laut itu hanyut terbawa Tsunami disebuah tanah lapang didekat Pelabuhan Tokyo dan Video Streaming ini diambil oleh Kru NHK-Jepang melalui Helikopter ketika memantau Kondisi Jepang terakhir paskah Gempa dan Tsunami. Tentunya Kru dari NHK tidak paham akan penemuan ini dan hanya Orang-orang Islam yang percaya saja atas pesan Ilahi ini.
Allahu ‘Alam Bishawab.
Sekali lagi Fenomena ini adalah hanya untuk orang yang mempercahyaiNYA dan tidak ada maksud dan tendensi apapun dalam menyikapi Musibah yang terjadi di Jepang tersebut. Kita tidak berhak untuk berprasangka dan hanya milik Allah sajalah Prasangka tentang Bencana Tsunami ini. sebaliknya bagi orang yang percaya jadikanlah ini sebagai hikmah untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhana Huwata ‘Ala.
BENCANA ADALAH TAKDIR ILAHI
Sesungguhnya musibah dan bencana merupakan bagian dari takdir Allah Yang Maha Bijaksana. Allah ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ…
“Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya.” (Qs. at-Taghabun: 11)
# Allah memiliki kehendak yang sesuai dengan kemuliaan dan keagungan diri-Nya.
# Kebaikan dan keburukan semuanya ditakdirkan oleh Allah ta’ala.
# Cobaan/musibah yang menimpa orang-orang yang beriman merupakan salah satu tanda kebaikan baginya selama hal itu tidak menyebabkannya meninggalkan kewajiban atau terjatuh dalam perkara yang diharamkan.
# Semestinya seseorang merasa khawatir atas kenikmatan dan kesehatan yang selama ini senantiasa dia rasakan. Sebab boleh jadi itu adalah istidraj/bentuk penundaan hukuman baginya, sementara dia tahu betapa banyak maksiat yang telah dilakukannya, wal ‘iyadzu billah.
# Wajibnya untuk berprasangka baik kepada Allah atas segala perkara dunia yang tidak mengenakkan yang menimpa diri kita
0 komentar:
Post a Comment